A.
Pendahuluan
Kemantapan (stabilitas)
lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam pekerjaan yang
berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan galian,
karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan
serta kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam
bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan, bendungan,
penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan dan lain-lain.
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses
geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah
misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara
lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api,
bendungan, tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran
adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga
terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi
dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta denganataupun
tanpa tanda-tanda yang terlihat.
Jika komponen gravitasi
lebih besar untuk menggerakan lereng yang melampaui perlawanan terhadap
pergeseran yang dikerahkan tanah pada bidang longsornya maka akan terjadi
kelongsoran tanah. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil hitungan stabilitas
lereng:
·
Kondisi tanah yang berlapis
·
Kuat geser tanah yang isontropis
·
Aliran rembesan air dalam tanah.
Terzaghi (1993) membagi
penyebab kelongsoran lereng ;
1.
Akibat pengaruh dalam, yaitu longsoran
yang terjadi dengan tanpa adanya perubahan kondisi luar atau gempa bumi.
2.
Akibat pengaruh luar, yaitu pengaruh
yang menyebabkan bertambahnya gaya geser tanpa adanya perubahan kuat geser
tanah.
B.
Teori
Analisa Stabilitas Lereng
Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai
kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin
bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya
dapat dilakukandengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari
hasil analisis dapatdipertanyakan.Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan metode-metode seperti : metode Taylor, metode janbu,
metode Fenellius, metode Bishop, dll.
Maksud analisis
stabilitas lereng adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor.
Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan
gaya yang menggerakan atau
dengan
;
τ
= tahanan geser maksimum yang dapat
dikerahkan oleh tanah.
τa
= tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor
F = faktor aman.
Mohr – Coulomb, tahanan
geser (t) yang dapat dikerahkan tanah sepanjang bidang longsornya dinyatakan ;
Dimana nilai c dan φ adalah parameter
kuat geser tanah disepanjang bidang longsornya.
C.
Analisis Stabilitas Lereng dengan
Bidang Longsor Datar.
1. Lereng tak berhingga dengan kondisi tanpa rembesan.
Gambar1. Lereng tak berhingga tanpa rembesan
Rumusnya adalah :
2. Lereng tak berhingga dengan kondisi dengan rembesan.
Gambar
2. Lereng tak berhingga dengan rembesan
Rumusnya
adalah :
Keterangan :
H = Kedalaman tanah efektif (m)
Α = Kemiringan lereng ( ͦ )
γ' = γ – γw (kgf/m3)
γsat = Berat volume tanah jenuh air
(kgf/m3)
D. Analisis Stabilitas dengan Bidang
Longsor Berbentuk Lingkaran
Bowles (1985) menyatakan kebanyakan longsoran tanah
membentuk bidang longsoran berupa lengkungan. Pada tanah kohesif keruntuhan
terjadi karena bertambahnya kadar air tanah. Lengkung longsor bisa berbentuk
bidang lingkaran, spiral logaritmis atau kombinasi keduanya.
Gambar
3. Bentuk-bentuk Bidang longsor
Bentuk anggapan bidang
longsor berupa lingkaran dimaksudkan untuk mempermudah hitungan analisis
stabilitasnya secara matematik.
Analisis stabilitas lereng
tanah kohesif
Jika lereng dari tanah
lempung homogen, dengan analisis kuat geser undrained, maka hitungan dapat
dilakukan secara langsung
dengan ;
F =
faktor aman W = berat tanah yang longsor (kN)
LAC = panjang lengkungan (m) c = kohesi (kN/m2)
R = jari – jari longsor
y = jarak pusat
berat W terhadap O (m)
Gambar
4. Analisis
stabilitas lereng tanah lempung tanpa rembesan
Lereng yang dipengaruhi
aliran air tanah, diperlukan gambar garis freatis dan sketsa jaring arus
(flow-net). Garis–garis ekipotensial memotong bidang longsor dengan tinggi energi
yang diketahui. Tekanan pada titik-titik dihitung dan digambarkan diagram tekanan air Jumlah tekanan air pori
(U) dihitung cara integrasi, dimana titik tangkap U akan melewati titik O.
Nilai gaya W’ dapat diperoleh dengan cara menambahkan U dengan vektor W. Dengan
cara keseimbangan diperoleh ;
Gambar
5. Analisis
stabilitas lereng tanah lempung dengan pengaruh rembesan
DAFTAR
PUSTAKA
Bowles, J.
E. (1985) Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah 2nd ed, Erlangga, Jakarta.
Craig, R. F. (1998). Mekanika Tanah (4th ed.), Erlangga, Jakarata.
Das, B. M.
(1997). Advance Soil Mechanic, Taylor and Francis, Sacramento, USA.
Terzahgi, K., & Peck, R. B. (1993). Mekanika
Tanah dalam Praktek Rekayasa, 2nd ed, Vol. I,. Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar