Selasa, 03 Juni 2014

KOTA MEULABOH

Kota Meulaboh merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh, Indonesia, pada tanggal 8 Juli 2013. Kota ini terletak sekitar 245 km tenggara Kota Banda Aceh di Pulau Sumatera. Meulaboh meliputi Kecamatan Johan Pahlawan, sebagian Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo. Meulaboh adalah kota kelahiran Pahlawan Nasional Teuku Umar Johan Pahlawan. Meulaboh merupakan kota terbesar di pesisir barat-selatan Aceh dan salah satu area terparah akibat bencana tsunami yang dipicu oleh gempa bumi Samudra Hindia 2004. Pekerjaan sebagian besar penduduknya mencerminkan kehidupan perkotaan, yakni perdagangan dan jasa.

Teuku Umar Pahlawan Asal Kota Maulaboh

Teuku Umar (Meulaboh, 1854 - Meulaboh, 11 Februari 1899) adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berjuang dengan cara berpura-pura bekerjasama dengan Belanda. Ia melawan Belanda ketika telah mengumpulkan senjata dan uang yang cukup banyak.

Gugur

Monumen Teuku Umar di Meulaboh.
Februari 1899, Jenderal Van Heutsz mendapat laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar di Meulaboh, dan segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat diperbatasan Meulaboh. Malam menjelang 11 Februari 1899 Teuku Umar bersama pasukannya tiba di pinggiran kota Meulaboh. Pasukan Aceh terkejut ketika pasukan Van Heutsz mencegat. Posisi pasukan Umar tidak menguntungkan dan tidak mungkin mundur. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasukannya adalah bertempur. Dalam pertempuran itu Teuku Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya.
Jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh. Mendengar berita kematian suaminya, Cut Nyak Dhien sangat bersedih, namun bukan berarti perjuangan telah berakhir. Dengan gugurnya suaminya tersebut, Cut Nyak Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Ia pun mengambil alih pimpinan perlawanan pejuang Aceh[9].

Penghargaan

Atas pengabdian dan perjuangan serta semangat juang rela berkorban melawan penjajah Belanda, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Nama Teuku Umar juga diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air. Salah satu kapal perang TNI AL dinamakan KRI Teuku Umar (385). Selain itu Universitas Teuku Umar di Meulaboh diberi nama berdasarkan namanya.


Sejarah Kota Meulaboh


Pantai Batu Putih di Meulaboh
Penamaan Meulaboh diduga kuat terkait dengan letaknya yang berdekatan dengan laut dan dapat dilaboh pukat ataupun melabuhkan kapal. H. M. Zaninuddin dalam buku Tarich Atjeh dan Nusantara mencatat, kawasan ini awalnya dikenal sebagai Negeri Pasir Karam.[1]
Menurut sebagian pendapat, Negeri Pasir Karam diperkirakan telah ada sejak abad ke-15 atau pada masa pemerintahan Sultan Sultan Saidil Mukamil (1588-1604).[1] Pada waktu itu mulai dibuka perkebunan merica, tapi negeri ini tidak begitu ramai karena belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk memuat kemenyan dan kapur barus.[rujukan?] Adapun penamaan Negeri Pasir Karam menjadi Meulaboh, sebagaimana yang dijelaskan Zainuddin dalam bukunya, terkait erat dengan kisah pendaratan sejumlah pendatang dari Minangkabau. Kata "Meulaboh" sendiri dalam Kamus Aceh-Indonesia yang disusun oleh Aboe Bakar, dkk berarti: "berlabuh" atau "tempat berlabuh".[2] Menurut pendapat versi ini, sejak itulah Negeri Pasi Karam lambat laun dikenal dengan nama Meulaboh, yaitu dikait-kaitkan dengan kisah pendaratan pendatang dari Minangkabau tersebut.[3]

Silsilah Raja Meulaboh

Raja-raja yang pernah bertahta di kehulu-balangan Kaway XVI hanya dapat dilacak dari T. Tjik Pho Rahman, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama T.Tjik Masaid, yang kemudian diganti oleh anaknya lagi yang bernama T.Tjik Ali dan digantikan anaknya oleh T.Tjik Abah (sementara) dan kemudian diganti oleh T.Tjik Manso yang memiliki tiga orang anak yang tertua menjadi Raja Meulaboh bernama T.Tjik Raja Nagor yang pada tahun 1913 meninggal dunia karena diracun, dan kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Teuku Tjik Ali Akbar, sementara anak T.Tjik Raja Nagor yang bernama Teuku Raja Neh, masih kecil.
Saat Teuku Raja Neh (ayah dari H.T.Rosman. mantan Bupati Aceh Barat) anak dari T. Tjik Raja Nagor besar ia menuntut agar kerajaan dikembalikan kepadanya, namun T.Tjik Ali Akbar yang dekat dengan Belanda malah mengfitnah T. Raja Neh sakit gila, sehingga menyebabkan T Raja Neh dibuang ke Sabang.
Pada tahun 1942 Jepang masuk ke Meulaboh, T.Tjiek Ali Akbar dibunuh oleh Jepang bersama dengan Teuku Ben, Keujreun Polem dan pada tahun 1978, mayatnya baru ditemukan di bekas Tangsi Belanda atau sekarang di Asrama tentara Desa Suak Indrapuri. Selanjutnya Meulaboh diperintah para Wedana dan para Bupati lalu pecah menjadi Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Jaya.

Pemekaran daerah

Kota Meulaboh merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat yang sudah dinaikkan menjadi kotamadya. Kecamatan yang mungkin bergabung, meliputi:
  1. Johan Pahlawan
  2. Kaway XVI
  3. Meurebo


Tempat Wisata Di Kota Meulaboh

Tempat wisata yang terdapat di Kota Meulaboh sangat banyak namun disini saya hanya menerangkan beberapa tempat yang sering di kunjungi wisatawan saja. Salah satu tempat yang sering di kunjungi wisatawan adalah Mesjid Agung Baitul Makmur, Makam Teuku Umar, Monumen Teuku Umar di Meulaboh, dan Pantai Meulaboh.

Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh

Masjid Agung Baitul Makmur adalah masjid terbesar dan termegah di kawasan pantai barat Kabupaten Aceh Barat, provinsi Aceh, Indonesia. Masjid yang terletak di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan ini memiliki arsitektur antara perpaduan Timur Tengah, Asia, dan Aceh serta pemilihan warna cokelat cerah yang dikombinasikan dengan warna merah bata di kubah masjid. Ciri khas masjid yang dapat dilihat secara kasat mata adalah tiga kubah utama yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip, khas paduan arsitektur Timur Tengah dan Asia

 Kombinasi antara keluasaan bangunan dan keindahan arsitektur yang membentuk satu struktur kemegahan telah menjadikan Masjid Agung Baitul Makmur masuk ke dalam 100 Masjid Terindah di Indonesia, sebuah buku yang disusun oleh Teddy Tjokrosaputro & Aryananda yang diterbitkan oleh PT Andalan Media, Agustus 2011 setebal 209 halaman.

Makam Teuku Umar

 Teuku Umar meninggal setelah terkena peluruh yang masuk menembus dadanya. Jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh. Disini para wisatawan sering berkunjung untuk sekedar melihat-lihat atau pun untuk membacakan doa untuk sang pejuang. makam ini juga di sebut sebagai makam keramat, sebab di tempat ini tidak boleh berbicara kata-kata kasar atau pun berdua-duaan antara yang bukan muhrimnya.

Monumen Teuku Umar di Meulaboh

 Di tempat ini lah Teuku Umar tewas di tembak oleh pasuka Belanda yang di pimpin oleh Jenderal Van Heutsz. Kupiahnya terjatuh di pinggiran kota Meulaboh yaitu bertepatan di Pantai Batu Putih. Setelah itu untuk mengenang tempat terjadinya penembakkan tersebut pemerintah kota Meulaboh membuat Monumen Teuku Umar ini. Disini banyak wisatawan yang datang untuk sekedar melihat-lihat dan berfoto untuk dikenang.

Pantai Meulaboh.

Pantai Meulaboh adalah tempat yang pas untuk merelaksasikan pikiran dan juga menjadi tempat reflesing sekaligus tempat liburan yang menarik bagi keluarga anda. sebab di pantai ini terdapat banyak sekali biota laut. banyak wisatawan yang hadir di pantai ini hanya untuk melihat-lihat dan berfoto atau pun hanya untuk menikmati jajanan yang telah disediakan oleh pedagang. Pantai Meulaboh ini pada hari-hiri libur banyak wisatawan yang hadir apa lagi hari besar islam seperti Hari Raya Idul Fitri  dan Idul Adha, banyak sekali pengunjungnya baik itu dari daerah sendiri maupun daerah luar yang berkunjung ke Pantai Meulaboh. Pantai yang sering dikunjungi oleh wisatawan iyalah Pantai Ujung Karang, Pelabuhan, Pantai Daerah Tanggul, Pantai Batu Putih dan lain-lain.

http://id.wikipedia.org/wiki/Meulaboh

http://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Umar

http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Baitul_Makmur_Meulaboh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar